SENIN, 18 JUNI 2012
mwathirika.
"Ketika para wakil rakyat berusaha "membela" kepentingan bangsanya, siapakah korbannya?
Ketika para tentara berupaya menumpas kejahatan, siapakah korbannya?
Dan ketika kita hanya akan mencari jalan aman, siapakah korbannya?
Anak, kakak, adik, kekasih, orang tua, tetangga, sahabat, mereka, yang tak bersalah"
...
Banyak sekali hiburan, tapi hanya sebagian kecil saja hiburan yang cerdas, dan salah satu hiburan yang cerdas adalah menonton pertunjukan "Mwathirika" dari Papermoon Puppet Theatre, Jogjakarta. Setelah berharap dan menunggu sekian lama, akhirnya Papermoon manggung di Bandung, yipiiee!! Alhamdulillaah, akhirnya tercapai juga! :D
Untuk yang belum berkenalan, Papermoon Puppet Theatre adalah teater boneka yang dilahirkan dari seorang mbak manis : Maria Tri Sulistyani. Ia adalah seorang ilustrator dan penulis, juga mantan aktris teater realis. *pantesan, teater ciptaannya ini hiduuup sekali!*. Papermoon ini juga dibesarkan dengan Mas Iwan Effendi, seorang perupa yang suka bercerita. Karya-karyanya keren-keren, lho! Saya jatuh cinta pada karya-karyanya! :). Dulu mereka membuat pementasan teater boneka untuk anak-anak di kampung. Tapi sekarang Papermoon telah 'menetapkan hati' melakukan ekspreimen seni dengan menggunakan media teater boneka yang dapat dinikmati khalayak luas.
Saya datang jauh sebelum pementasan supaya bisa nonton di bagian paling depan! Ternyata mereka menyediakan satu bagian khusus supaya penonton bisa lesehan. Pertunjukan dibuka oleh Mbak Ria dengan hangat, sebagaimana kita bertamu ke sebuah rumah. Lalu kita diminta untuk 'menyamankan' duduk supaya dapat menikmati suguhannya! Selama 55 menit berikutnya saya berenang dan tenggelam dalam ceritanya.
Ceritanya sendiri berlatar penggalan sejarah besar Indonesia di puluhan tahun lalu ketika banyak keluarga yang merasa kehilangan. Biasanya kisah ini banyak ditutup-tutupi, dianggap tabu, takut untuk dibahas, tapi Papermoon Puppet Theatre mengajak kita untuk mengingat, mempelajari, dan merasakannya melalui sebuah dongeng bersama para boneka! Para penonton ditenggelamkan begitu dekat dengan kehidupan dua orang anak, Tupu dan Moyo, kakak beradik yang dibesarkan oleh Baba, pria pekerja keras bertangan satu. Detail ceritanya, silakan tonton sendiri, yaa! :D
Setiap boneka hidup walaupun terkadang yang memainkannya berganti-ganti. Pemain boneka yang terlihat sosoknya sama sekali tidak menggangu pertunjukkan secara visual, malahan memperkuat penokohannya. Racikan visual dan audio yang sangat menyatu membuat kita lupa bahwa semuanya 'hanyalah' panggung boneka.
Jujur, saya tidak dapat bercerita banyak karena saya hanya terpaku selama 55 menit ditambah beberapa saat setelahnya, dan saya tidak berhasil menceritakan rasanya dalam kata-kata *speechless*. Papermoon ini harus ditonton langsung sodara-sodara! Kenapa? Pertunjukkan "Mwathirika" ini berhasil menyatukan emosi tidak hanya dari para pemainnya saja, tapi juga merangkul emosi-emosi dan menyalurkan energinya untuk para penonton! Ikut tertawa, ikut nyesek, ikut nangis, ikut cemas, dan ikut yang lain. Cocok dengan yang mereka tuliskan di bookletnya, "..kesempatan untuk sama-sama mengingat, dan kesempatan untuk membagi rasa." Saya sangat percaya, karena begitu besar energi sang pemain tercurah, boneka-boneka Papermoon ini menyimpan berjuta energi yang satu saat dapat menceritakan 'detak jantung'nya kepada siapapun yang melihat atau memegangnya.
Untuk saya, Papermoon Puppet Theatre adalah sebuah bahasa cerdas dalam mendongeng. Tidak banyak kata, namun imajinatif, kaya rasa. Walaupun namanya teater boneka, tetapi mereka tidak hanya menghidupkan boneka ke dalam sebuah cerita. Tapi mereka mengemas pemain, boneka, simbol-simbol melalui properti dan artistik panggung, tata suara, tata cahaya, proyeksi visual menjadi satu dunia maya yang menghanyutkan penonton pada keseluruhan emosi!
J E N I U S ! !
Sang peramu bahasa (baca: sutradara) Mbak Ria, mampu memilah dengan tepat pengemasan bagian-bagian cerita. Keseluruhan detail terpikirkan masak-masak. Thoughtful! Timingnya setiap adegannya tepat, tidak terlalu lama tidak terlalu cepat. Dan memang benar apa yang mereka sampaikan, walaupun mengangkat tema cerita yang 'tidak mudah' tapi para penonton mudah mencerna kisah dan rasanya. Angkat topi juga untuk desainer artistik, Mas Iwan, yang sukses untuk 'nyemplungin' penonton pada dunia panggung yang ciamik!
Salut untuk seluruh pemain, pendukung, dan tentunya konseptornya!
Sebenarnya saya juga masih sangat ingin menonton "Secangkir Kopi dari Playa", karena sudah terisak hanya dengan menonton dari DVDnya saja *gembeng!*. Tapi sekarang baru bisa berdoa semoga dipentaskan kembali.. *amiin, beribu-ribu amiin*
Oke, sekian cerita kesan pesan "Mwathirika"nya.. Oya, "Mwathirika" ini akan dipertunjukkan juga di Amerika pada bulan September mendatang. Semoga sukses di sana, ya teman-temaaan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar