Senin, 16 Juli 2012

Mwathirika yang tercatat di Portal Indonesia Kreatif


Pementasan Boneka Mwathirika Yang Memesona

20 Juni 2012 | Views (422)
Teks & foto: Willam Nasution
Bandung- Pertunjukan Mwathirika oleh Papermoon Puppet Theatre berlangsung selama 55 menit. Tapi rasanya hanya berlangsung sebentar sekali. Cerita yang mereka jalin dalam berbagai adegan itu begitu menarik, sehingga membuat kita hanyut lupa waktu.
Tokoh-tokoh boneka yang unik dengan berbagai properti panggung, tata cahaya yang cantik, tampilan video, musik latar, semua itu menjadikan Mwathirika sebuah pementasan yang sangat apik. Tidak heran kiranya jika selama satu bulan pada September mendatang, Papermoon akan menampilkan Mwathirika di berbagai kota di Amerika Serikat. Sementara itu di Bandung sendiri Mwathirika digelar sebanyak tiga kali, dua kali pada hari Jumat dan sekali pada hari Sabtu, 15-16 Juni 2012, di Auditorium IFI.
Walaupun Papermoon selalu menggunakan boneka dalam setiap penampilannya,  tapi pertunjukan mereka bukan bagi anak-anak. Boneka di tangan Papermon merupakan suatu bentuk artistik, sebuah bahasa pertunjukan yang lain.  Dengan boneka ia dapat menciptakan sebuah dunia baru yang membawa kita lepas dari jejak keseharian, juga membawa kita beranjak menuju negeri dongeng. Dan boneka itu, bahasa pertunjukan Papermoon itu, dapat membawa kita mengikuti alur ceritanya sekalipun tanpa dialog.  
Cerita Mwathirika sendiri diangkat dari sejarah abu-abu bangsa ini. Di suatu masa ketika suatu golongan diberi cap sehingga harus dimusnahkan. Mwathirika dengan jalinan cerita yang menawan dapat membawa kita melihat sejarah dari sudut pandang yang lain, yaitu dari kisah sebuah keluarga yang terpisah.
Kakak beradik Moyo dan Tupu kehilangan Baba, ayah mereka, karena konflik politik. Selama menunggu kembalinya Baba, potret kesedihan Moyo dan Tupu ditampilkan dengan adegan visual yang begitu mengesankan. Hingga pada suatu waktu sang kakak pergi meninggalkan adiknya untuk mencari sang ayah. Dan diapun tak pernah kembali.
Militer yang merajalela menjalankan sistem yang mekanistik untuk memusnahkan siapapun yang bersebrangan dengannya. Lalu hubungan antar tetangga pun rusak tercerai-berai oleh cap politik. Sehingga Tupu pun benar-benar tak memiliki siapa-siapa. Tupu menunggu dan menunggu kakak dan ayahnya. Sehingga akhirnya diapun menjadi korban sejarah.
Konsep cerita Mwathirika ini dikerjakan oleh Maria Tri Sulistyani dan Iwan Effendi yang sekaligus juga menjadi sebagai pengarah artistik. Mereka jugalah yang mendirikan Papermoon pada tahun 2006. Sejak itu mereka sudah malang melintang menggelar pementasan, pameran juga workshop boneka di dalam maupun di luar negeri.
Keberhasilan Papermoon menciptakan bahasa pertunjukan serta meramunya dengan cerita yang kuat, menjadikan Mwathirika begitu menarik. Sejarah terutama yang abu-abu, yang biasanya dibiarkan saja dan terlupakan dapat dikemas menjadi suatu pertunjukan yang begitu menyentuh.
Untuk itu, tanpa maksud membebaninya, Papermoon merupakan suatu kelompok teater yang menjanjikan. Dan Mwathirika, seperti juga cita-citanya, yang ditujukan agar sejarah kelam masa lalu tidak pernah terulang kembali, kiranya dapat tersampaikan dengan sebuah pementasan yang memesona.(*)

http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/news/read/pementasan-boneka-mwathirika-yang-memesona

Tidak ada komentar:

Posting Komentar